Prodi PAI UIN Salatiga Gelar Seminar Implementasi Pembelajaran PAI Bagi ABK

Dalam rangka membekali mahasiswa pengetahuan tentang bagaimana mengimplementasikan pembelajaran PAI bagi anak berkebutuhan khusus, Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga menggelar seminar nasional bertema Implementasi Pembelajaran PAI Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada Hari Rabu, 26 Juli 2023 bertempat di Auditorium Lantai 3 Gedung KH. Ahmad Dahlan, UIN Salatiga. Narasumber pada kegiatan seminar ini adalah Ustadz Abu Kahfi, Pengasuh Pondok Pesantren Tunarungu Darul Ashom, dari Sleman, Yogyakarta. Ismail, S.Pd., salah satu guru PAI di SLB Negeri Salatiga berperan sebagai moderator. Peserta pada kegiatan seminar ini adalah mahasiswa dan guru-guru PAI di Sekolah Luar Biasa (SLB) di sekitar Kota Salatiga.

Menurut Guntur Cahyono, M.Pd. selaku Kaprodi PAI, tujuan dari seminar ini adalah untuk membekali mahasiswa pengetahuan bagaimana menangani dan membelajarkan PAI pada anak berkebutuhan khusus. Sebab, realita di lapangan, guru PAI di sekolah khusus banyak yang tidak mempunyai pendidikan khusus tentang ABK.  Dalam prakteknya, pendidikan agama diberikan oleh lulusan jurusan PAI, bukan lulusan dari jurusan yang secara khusus dididik secara khusus untuk menangani anak berkebutuhan khusus. Idealnya, guru PAI di sekolah khusus seharusnya juga memahami Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) secara menyeluruh.

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Prof. Dr. Mansur, M.Ag. dalam sambutannya menyebut bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki hak yang sama dengan kita baik itu dalam pendidikan. Maka selayaknya kita sebagai pendidik dan calon pendidik mempunyai bekal untuk mengajarkan pendidikan kepada mereka anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus. Beliau memberikan apresiasi kepada prodi PAI yang telah menyelenggarakan kegiatan seminar ini.

Ustadz Abu Kahfi dalam pemaparannya menjelaskan banyak hal terkait bagaimana menangani Anak Berkebutuhan Khusus, khususnya anak tunarungu. Beliau menjelaskan latar belakang, sejarah, dan pengalamanan menangani anak tunarungu hingga kemudian mendirikan Pondok Pesantren Darul Ashom yang diperuntukkan untuk santri tunarungu. Beliau juga mempraktikkan pembelajaran membaca al-Qur’an dan praktik shalat dengan dua orang santri tunarungu yang ikut dalam kegiatan seminar. Satu hal yang beliau tekankan adalah, meskipun mereka (ABK) secara fiqih tidak mukallaf, namun jika tidak diajarkan agama, mereka bisa menjadi manusia-manusia yang buruk yang bisa mendatangkan madharat untuk orang di sekitarnya (SA).

 

 

Berita Lainnya

Hubungi kami di : 085888092982

Kirim email ke kamitarbiyah@uinsalatiga.ac.id

KIRIM PESAN
HUMAS DUMAS FTIK
Ada yang bisa kami bantu?