Strategi Kuliah di Program KKI dan Lulus Kuliah Tepat Waktu

29 Juli 2021 saya mengikuti prosesi wisuda ke-XIV yang dilaksanakan secara daring. Sinta Maharani, ya nama saya disebut sebagai salah satu wisudawan dari Program Khusus Kelas Internasional (Program KKI) di IAIN Salatiga. Saya didampingi Ibu selama proses wisuda berlangsung.

/*! elementor – v3.14.0 – 26-06-2023 */
.elementor-widget-image{text-align:center}.elementor-widget-image a{display:inline-block}.elementor-widget-image a img[src$=”.svg”]{width:48px}.elementor-widget-image img{vertical-align:middle;display:inline-block}

Meskipun tidak ada perayaan yang istimewa di rumah, tetapi saya bersyukur bisa melaksanakan wisuda bersama Ibu yang sedang sakit dan menyaksikan anaknya bisa lulus tepat waktu dengan mendapatkan predikat mahasiswa berprestasi non-akademik. Aku bukanlah fresh graduate ketika memasuki perkuliahan di IAIN Salatiga. Sebelumnya aku pernah memasuki dunia perkuliahan di salah satu universitas swasta di Solo. Karena pada saat itu kondisi perekonomian sedang tidak baik, aku tidak bisa membayar UKT dan terpaksa memutuskan untuk keluar kuliah. Aku berupaya mengumpulkan uang agar bisa melanjutkan mimpiku, menjadi seorang sarjana.

Pada tahun 2015, saya mulai memasuki dunia pariwisata. Secara kebetulan aku bertemu mahasiswa yang menceritakan kepadaku bahwa ada sebuah kelas unggulan di kampusnya yaitu Program KKI IAIN Salatiga. Ia mengatakan bahwa anak KKI belajar Bahasa Arab, Bahasa Inggris, memiliki pagelaran bernama ALE, dan mendapatkan fasilitas penunjang dari kampus.

Dua setengah tahun setelah kupikir tabunganku cukup dan Bapak mengizinkan saya untuk melanjutkan kuliah lagi, saya memberanikan diri mendaftar di Prodi TBI IAIN Salatiga. Ketika itu saya sudah berkomitmen agar bisa lulus tepat waktu atau lebih awal, agar tidak terlalu lama membebani orang tua secara ekonomi. Pada saat OPAK Fakultas, Bu Sari Famularsih, M.A. sebagai direktur, dengan lantang menceritakan tentang Program KKI. Hal itu semakin memantabkan diriku untuk mendaftar di program ini. Sampai akhirnya aku dinyatakan diterima di Program KKI.

Allah asked me to work hard. I had lots of subjects in ICP. Ekspektasiku adalah aku tidak perlu bekerja lagi karena pasti akan ada fasilitas sebagai anak kelas unggulan, sehingga cukup belajar agar nilai bagus dan aktif organisasi. Kemudian uang saku dari orang tua bisa ditabung untuk keperluan lainnya. Ternyata, realita tak seindah ekspektasi yang kubayangkan. Tidak ada beasiswa yang kudapatkan karena kebijakan sudah berubah. Uang bulanan dari orang tua hanya cukup untuk membayar wisma, program pengembangan bahasa, dan makan. Selama satu semester aku benar-benar beradaptasi dengan sistem perkuliahannya. Aku mulai mencari pekerjaan sampingan untuk menunjang perkuliahanku.

Di semester 1 dan 2 aku kuliah sambil berjualan. Kemudian semester 3 sampai semester 6 aku melanjutkan pekerjaanku di pariwisata karena sudah bisa beradaptasi dengan system perkuliahan dan sks yang tidak sebanyak semester sebelumnya. Tetapi hanya berani mengambil jadwal kerja keluar kota beberapa kali saja, agar tidak mengganggu proses perkuliahan. Aku menggunakan kesempatan 3 kali izin yang diberlakukan oleh beberapa dosen apabila kebetulan jadwal kerjaku di hari aktif. Aku terkadang membawa tugasku ke luar kota dan mengerjakannya ketika sampai di hotel.

Selain itu, ketika weekend atau hari libur semester tiba, aku mengambil long trip, menjadi seorang MC di beberapa even, atau part time. Di semester 7 dan 8 karena pandemi, aku tidak diperkenankan orang tua untuk bekerja di pariwisata. Di semester 8 aku mulai bergabung sebagai admin di ABI dan menjadi guru private. Di awal semester 8, aku fokus menikmati kegiatan KKN. Selanjutnya fokus menyelesaikan skripsi. My big achievement is I can pass and graduate from ICP on time. How the way we know our priority and manage the schedule is the key to graduate on time.

Di KKI aku terbiasa dengan jadwal dan dosen yang strick dan killer. Tetapi dengan tempaan dosen yang luar biasa, akupun terpacu untuk tidak menyerah dalam mengatasi setiap kesulitan. Ilmu yang telah diberikan sangat bermanfaat dalam dunia kerja dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lingkaran pergaulan di KKI sangat positif, karena tinggal bersama dengan teman-teman yang memiliki visi dan misi sama. Mereka adalah orang-orang yang pintar, cerdas, kreatif, dan memiliki daya juang tinggi meskipun dari berbagai latar belakang yang berbeda.

Juli 2019, aku mendapatkan amanah sebagai Duta Pariwisata kategori Mbak Kepribadian Kota Salatiga. September 2019, menjadi ketua Student Body Program KKI yang diresmikan di Kampung Percik Salatiga. Di tahun 2020 tepatnya pada bulan Desember, aku mendapatkan kesempatan untuk mengikuti training BIPA di Bali secara online.

Now, I’m as an English Teacher and team of ABi Learning Centre Salatiga. I wish I can continue my master degree and being a lecturer. My first priority when I decided to join ICP was studying and earning money to support the process of my study. Allah asks me to fight for everything that I want in my life. I’m enjoying my own process and thank full for all supports and praying, especially for my parents. I have learned to be patient, being grateful for Allah blessings, being independent woman, tough, and being responsible. We have to be adaptable and survive in every condition in our life.

Sinta Maharani, S.Pd.
Program KKI IAIN Salatiga Angkatan 2017
Jurusan Tadris Bahasa Inggris
“No Grit, No Pearl.” “For indeed, with hardship [will be] ease.” “Khairunnas anfa’uhum linnas.”

  • Best graduated students of Non-Academic Achievement 2021
  • Tourism Ambassador of Salatiga “Mbak Kepribadian Kota Salatiga 2019”
  • Chief of Student Body International Class Program 2019
  • Participant of Training BIPA (APBIPA Bali) 2019
  • 1st champion of master ceremony 2012
  • Chief of ADSW (Scouting) 2012