“Bagaimana kamu belajar?” Bukan “Dimana kamu belajar?”
Berkuliah di IAIN Salatiga (STAIN saat itu) tidak ada di dalam life-plan ku. Aku menghabiskan masa SMA ku di pondok pesantren modern di Jawa Timur selama 4 tahun dan 1 tahun tambahan untuk pengabdian. Aku terlambat. Teman-temanku sudah menempuh kuliah selama 2 tahun. Kenyataan yang cukup pahit itu memaksaku untuk tidak pilah-pilih perguruan tinggi. Pada tahun 2012, aku resmi menjadi mahasiswa STAIN Salatiga.
Husnu-dzon bi-Lah adalah mantraku. Setiap aku merasa rencana-rencanaku tidak berjalan sesuai harapan, aku akan mengucapkan mantra ini berkali-kali dalam hati. Ajaibnya, aku selalu tenang dan kembali bersemangat. Aku percaya bahwa Allah sudah menyiapkan hadiah yang indah untukku. Aku berkata pada diriku sendiri bahwa permasalahan bukan berada dimana kita belajar, akan tetapi bagaimana kita belajar. Dan benar saja, Allah memberiku lebih dari apa yang pernah aku bayangkan.
Hadiah
Hadiah pertamaku dari Allah yaitu menjadi bagian dari Program Khusus Kelas Internasional. Belajar dan hidup di pesantren selama 5 tahun sangat membantuku dalam proses penyeleksian yang ketat untuk menjadi mahasiswa PKKI. Aku lolos bersama 19 teman lainnya. Hidup sebagai mahasiswa KKI cukup menantang sekaligus menyenangkan. Tidak hanya pendidikan formal dan teori saja (di dalam kelas) yang menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris sebagai Bahasa pengantar, beberapa kegiatan di luar kelas sebagai praktek juga diadakan, seperti Art and Language Exhibition, kunjungan ke Akmil/Akpol, praktik mengajar di dalam dan luar negeri, berkegiatan dengan tamu-tamu dari luar negeri, home stay dan international events lainnya.
Hadiah keduaku adalah bertemu dengan orang-orang positif. Para dosen yang profesional dan berpengalaman, kakak-kakak tingkat yang sangat memotivasi, dan teman-teman yang supportive. Aku merasa berada di lingkungan yang dapat mendekatakanku dengan mimpiku, yaitu pergi ke luar negeri. Tidak lepas dari mereka semua lah, aku dapat bergabung dengan organisasi kerelawanan internasional serta berkesempatan untuk menjadi camp leader dan coordinator untuk International Work Camp di Pekalongan dan Yogyakarta pada semester 4. Disini, aku merasa soft-skills terasah, seperti kerja tim, komunikasi, berfikir kritis, juga time management. Terimakasih semua.
Hadiah selanjutnya yaitu praktik mengajar selama 30 hari di Sekolah Indonesia Bangkok, Thailand. Yes! Ini adalah pesawat dan passport pertamaku juga perjalanan pertamaku ke luar negeri. Aku masih ingat bagaimana saat itu aku menggenggam passportku di Bandara Internasional Soekarno Hatta, menatapnya dengan cukup serius lalu berkata dalam hati, “aku akan penuhi passport ini dengan cap imigrasi negara lain”. Lagi dan lagi, Allah mendengarnya. Di tahun berikutnya, aku menginjakkan kakiku di tanah Eropa.
Aku mendapatkan kesempatan untuk bergabung dalam audio-visual training “VOLUNTUBE” yang di sponsori oleh Erasmus+ program atas kerjasama GREAT (Gerakan Kerelawanan Internasional) Indonesia bersama IDC France selama 2,5 bulan. Tidak pernah terlintas di pikiranku bahwa aku akan menghabiskan musim panas tahun 2016 di Perancis Selatan. Aku juga diberi kesempatan oleh Allah untuk merasakan menjadi (muslim) minoritas. Hadiah indah lainnya yaitu aku berkesempatan untuk melaksanakan ibadah puasa Ramadan serta Idul Fitri bersama muslim kota kecil nan bersejarah, Carcassonne. Aku menyaksikannya secara langusng apa yang sering program TV Ramadan tayangkan mengenai tradisi Ramadan di negara lain. Indah bukan buah dari Husnu-dzon bi-Lah? Selain training di Carcassonne, aku juga memanfaatkan hari-hari libur untuk mengunjungi beberapa kota, seperti Paris, Perpignan, Toulouse dan Barcelona. Genap 1 bulan sekembalinya dari Perancis, aku diminta kembali ke Eropa untuk mengikuti evaluasi program VolunTube selama 10 hari di Perugia, Italia. Karena terbatasnya waktu, aku tidak dapat berkeliling kota Roma. Kendati demikian, aku dapat menyaksikan situs dunia Colosseum dari balik jendela bisku yang menuju Bandara Internasional Fiumicino. Lagi dan lagi, aku menatap bangunan tua itu penuh dengan keseriusan dan berkata dalam hati, “aku pasti akan kembali lagi!”.
Kembali ke kampus untuk melanjutkan skripsi dengan suasana yang sedikit berbeda, yaitu beberapa temanku sudah wisuda. Merasa ada yang hilang dan sedih, mantra Husnu-dzon bi-Lah kembali ku gumamkan. Sedikit cerita, aku pernah menghadiri upacara wisuda kakak tingkat. Dua orang yang ku kenal dipanggil ke panggung karena mereka berprestasi akademik dan non-akademik. Aku yang saat itu masih semester 4, berdoa dan berbicara dalam hati dengan penuh keseriusan bahwa aku akan dipanggil di upacara wisudaku baik karena prestasi akademik maupun non-akademik. Lagi dan lagi, Allah memberiku hadiah indah. Bulan April 2017, di hari aku wisuda, namaku dipanggil dua kali sebagai wisudawan berprestasi akademik dan non-akademik. Alhamdulillah.
Saat ini, aku sedang menempuh magister Pendidikan Bahasa Inggris di Program Pascasarjana UNNES. Kenapa tidak beasiswa? Sembari kuliah sudah mencoba 2 kali mendaftar beasiswa luar negeri dan belum rezeki. Mantra Husnu-dzon bi-Lah aku gemakan dalam hati dan pikiranku lagi, bahkan hingga saat ini. Aku percaya rencana Allah jauh lebih baik. Aku yakin Allah akan memberi hadiah indah lainnya nanti…
Teruntuk siapapun yang membaca tulisan ini, terutama teman-teman yang sedang berjuang di PKKI, tetap semangat dan berfikir positif terhadap segala hal. Ketika rencanamu tidak berjalan mulus, selalu ingat bahwa ada campur tangan Allah yang sedang mengarahkanmu. Tetap jalani dengan ikhlas dan usaha maksimal. Semoga sukses! See you at the top!
Sefty Hanida Fitriyani, S.Pd. (Cand. M.Pd)
Program KKI IAIN Salatiga Angkatan 2012
Jurusan Tadris Bahasa Inggris
Mengukir sejarah indah di setiap kaki melangkah dan senantiasa husnudzon biLLah
- Participant of The 82,5-hour Indonesian Massive Open Online Course (IMOOC): Technology for Autonomous Learning Modules 2017
- Wisudawan Berprestasi Non-Akademik di bidang pertukaran mahasiswa dan mobility youth workers pada acara Wisuda ke-5 IAIN Salatiga 2017
- Wisudawan Berprestasi Akademik Tertinggi Jurusan Tadris Bahasa Inggris pada acara Wisuda ke-5 IAIN Salatiga 2017
- Participant of Learning Mobility Project VolunTube at Las Tours, France 2016
- EVS (European Voluntary Service) of VolunTube at Las Tours, France 2016
- Participant of Borobudur Youth Forum (Heritage) 2015
- Camp leader of International Pekalongan Street Children Camp (Kids and Education) 2014
- Camp leader of International Semoya Camp (Kids and Education) 2014