Belajar di luar negeri bersama teman-teman dari berbagai negara yang berbeda menjadi salah satu mimpi saya. Bertemu dengan banyak orang dari latar belakang yang berbeda, baik pendidikan, kewarganegaraan, budaya, dan mengalami hal tersebut secara langsung, berdialog dengan mereka, menjadi salah satu keinginan yang sangat ingin saya wujudkan. Seseorang berkata kepada saya, ketika kamu mempelajari budaya suatu tempat atau negara dengan membaca buku, hal itu akan sangat berbeda dengan ketika kamu mempelajarinya langsung dengan cara bertemu dan bercengkerama dengan orangnya, karena kamu mengalami hal tersebut. Maka dari itu saya berkeinginan untuk bepergian ke penjuru dunia, mengenal orang yang berasal dari berbagai tempat yang berbeda-beda, dan juga mengenal budaya mereka secara langsung, serta memijakkan kaki saya di belahan bumi yang lainnya. Menambah pengetahuan dan terus belajar dengan bertemu dengan orang-orang di tempat tersebut.
Dengan bermodal mimpi ingin belajar dan menjelajah dunia tersebut, saya membulatkan tekad dan memberanikan diri mendaftar beasiswa pertukaran pelajar (exchange) ke luar negeri. Sebetulnya beberapa kali kesempatan sudah ada di depan mata, namun terlewatkan begitu saja karena memang belum berani, dan tidak tahu apa saja yang harus dipersiapkan. Namun saya sadar, jika bersikap seperti itu terus menerus, kapan saya akan berkembang, sampai akhirnya ada suatu event dan saya berpikir “Yuk coba daftar, pasti bisa”. Membuat CV, mengisi application form, dan sebagainya. Setelah saya selesai mendaftar, hati saya rasanya lega, “Oh, begini toh rasanya daftar”, itu yang saya rasakan. Untuk kesempatan selanjutnya, saya menjadi lebih berani, mungkin karena pernah mencoba mendaftar, walaupun belum diterima.
Kali kedua saya mendaftar beasiswa exchange untuk program YSEALI, dengan bimbingan salah satu dosen saya, belia terus membimbing saya dalam mempelajari bagaimana caranya mendapatkan beasiswa exchange, bagaimana membuat CV yang menarik, dan sebagainya. Beliau juga terus mendukung dan menyemangati saja, mengatakan bahwa saya pasti bisa. Kali ini saya sudah lolos seleksi berkas dan sampai pada tahap wawancara, namun hasil akhirnya belum diterima juga.
Kali ketiga saya mendaftar beasiswa exchange untuk program SUSI, beliau meyakinkan saya pasti bisa, kali ini pasti lolos dan berangkat. Saya mencoba mendaftar untuk program ini, menyiapkan semua berkas-berkas yang dibutuhkan, dan saya submit application form tersebut. Lama menunggu, tidak ada kabar, akhirnya saya mendapatkan email pemberitahuan bahwa saya lolos seleksi berkas dan saya harus wawancara. Luar biasa berdebar-debar, wawancara untuk kedua kalinya, apakah saya akan berhasil atau tidak. Setelah wawancara di hari yang ditentukan, saya menunggu selama kurang lebih 2 bulan, akhirnya di hari kamis pagi, ketika saya sedang belajar di kelas, saya mendapatkan telfon dari kedutaan besar Amerika bahwa saya dinyatakan lolos untuk mengikuti program SUSI selama 5 minggu di Amerika. Alkhamdulillah.
Setelah itu saya mengurus pembuatan paspor, visa, dan lain-lain. Dan pada bulan Juni-Juli 2019 kemarin saya menghabiskan 5 minggu saya di USA dengan program SUSI untuk mempelajari Religious Freedom and Pluralism. Pengalaman yang luar biasa, Alkhamdulillah. Semoga setelah ini saya dapat melanjutkan mimpi saya untuk menginjakkan kaki saya di belahan-belahan bumi lainnya dan belajar dengan orang-orang yang saya temui di sana. Aamiin.
Safinatul Fitriyah
Program KKI IAIN Salatiga Angkatan 2017
Jurusan Tadris Bahasa Inggris
Maju terus, pantang mundur. Gagal? Coba lagi… Sukses
- SUSI (Study of The US Institutes) Alumni, US Embassy 2019