Hai! Sebelum saya bercerita, perkenalkan saya Elyta Nurul Ihza Fitrianingsih, akrabnya dipanggil “El” oleh teman-teman, sedang berskripsi ria untuk menuntaskan pendidikan S-1 Jurusan Tadris Bahasa Inggris di IAIN Salatiga (doakan kami angkatan 2018 agar lekas menyelesaikan skripsi ya readers hehe).
“Salah satu hal yang bisa kita berikan pada diri sendiri di tengah banyak kebingungan dan yang belum bisa dimengerti, adalah harapan di tempat yang tepat, dan upaya untuk mempercayainya dengan benar”
Kalimat inilah yang menghantarkan saya menjadi bagian dari program Khusus Kelas Internasional (KKI). Sebenarnya nama KKI sudah tidak asing lagi bagi saya ketika masih di madrasah aliyah, karena dari tahun ke tahun di MAN 2 Kudus, pasti ada guru PPL dari mahasiswa KKI IAIN Salatiga. Ketika itu saya duduk di kelas XI jurusan keagaamaan, saya ingat betul ada Miss Helena, Miss Fita dan Miss Nia yang membuat saya kagum kepada beliau-beliau karena menguasai bahasa Arab sekaligus bahasia Inggris, penghafal Al-qur’an serta berwawasan luas.
Singkat cerita bulan Agustus 2018 saya resmi menjadi mahasiswa KKI IAIN Salatiga jurusan Tadris Bahasa Inggris. Tahun pertama saya lewati dengan amat sangat berat, karena harus menyesuaikan dengan teman-teman yang sudah hebat, SKS yang banyak, ditambah dengan banting stir yang saya lakukan. Agak lebay ya? Tapi itu adanya, saya yang lulusan jurusan keagamaan dan kemampuan bahasa Inggris pas pasan nekat mengambil jurusan Tadris Bahasa Inggris.
Kalau boleh saya jujur, dulu saya bercita-cita ingin kuliah di Al-Azhar Kairo. Lantas mengapa malah kuliah di IAIN? Tentu saja karena tidak diterima di sana hehe. Kok malah ambil jurusan bahasa Inggris? Karena saya pikir saya tidak akan keterima. Tapi mengapa tetap diambil? Karena ayah bilang ambil saja, sambil mencoba Mesir tahun depan. Lah malah sudah mau lulus sekarang, tidak jadi pindah? Hehe tidak, karena saya sudah jatuh cinta dengan KKI, saya bertemu teman-teman yang sangat supportif, dosen-dosen yang inspiratif, dan bertumbuh di lingkungan yang positif.
Dari sinilah saya mendapatkan kepercayaan diri saya kembali, ya walaupun harus berusaha keras, belajar dari gelap sampai gelap dan tetap menjadi Elyta yang biasa biasa saja. Tapi setidaknya, dengan bertumbuh kembang di KKI saya banyak mendapatkan pembelajaran yang amat bermanfaat, diskusi yang hidup dalam setiap perkuliahan, mata kuliah beraneka ragam yang hanya ada di KKI, teman-teman yang rajin dan sungguh-sungguh, serta dosen-dosen yang luar biasa.
Kendati demikian, saya tidak sepenuh itu memiliki kepercayaan diri. Meragukan diri sendiri adalah makanan sehari-hari saya, bukan merendah untuk meroket, tapi memang saya terlalu biasa dibanding dengan teman-teman saya yang luar biasa. Alhamdulillah, teman-teman saya yang luar biasa tidak ada hentinya untuk mendukung satu sama lain, mereka selalu mengajak untuk berkembang, menemukan passion yang ada dalam diri, dan saling percaya bahwa kami memiliki kemampuan unik masing-masing.
Seiring berjalannya waktu, saya pun memulai mengembangkan diri, berproses mempercayai diri sendiri. Dimulai dengan mengikuti kegiatan volunteer yang menghantarkan saya menjelajah beberapa pelosok desa, luar kota, bahkan luar pulau, dan sampailah saya di titik mendaftar program exchange ke negeri Paman Sam. Iya! Tidak salah, saya berani mendaftar pertukaran pelajar ke Amerika lebih tepatnya saya mendaftar Student Exchange SUSI Summer 2021.
Eitsss, tapi tidak semudah itu hehehee. Berdarah-darah kalau boleh saya kiaskan untuk sampai di titik itu, bahkan untuk meng ”iya” kan ajakan teman saya mendaftar exchange tersebut, saya harus bertanya ribuan kali kepada diri saya. Apakah mampu? Apakah saya bisa? Prestasi apa yang saya punya? Speaking aja gagap kamu El?! dan banyak lagi pertanyaan menghiasi pikiran saya, ya kesimpulannya adalah saya takut gagal dan takut mencoba hahaha.
Namun, berbekal semangat dari teman yang meyakinkan, dan dukungan dosen yang mempercayai saya, saya memberanikan diri untuk mendaftar.
Wah, di awal saja sudah berat bagi saya untuk mengisi formulir pendaftaran, CV saja sudah membuat saya minder setengah mampus (haha), karena memang tidak ada yang spesial bagi saya. Apalagi bagian ini “What about your background makes you competitive for the SUSI exchange program?” pertanyaan ini benar-benar membuat saya mengurungkan diri untuk mendaftar, ditambah pendaftaran tutup seminggu lagi. Tapi lagi dan lagi, kepercayaan yang sudah dipercayakan, saya pun harus ikut mempercayai diri saya. Seminggu itu adalah hari-hari yang nikmat bagi saya, saya lalui penuh kesungguhan, usaha dan doa, konsultasi sana sini, serta meminta pendapat teman saya yang pernah exchange ke Amerika, meminta arahan kating-kating yang pernah exchange ke luar negeri, dan tidak ketinggalan meminta bimbingan dari beberapa dosen untuk membantu saya yang tengah bingung dan keterbatasan dalam menjawab pertanyaan serta menyusun motivation letter.
Ada mungkin 3 bulan tidak ada kabar pengumuman, bolak balik cek email tapi tidak ada email masuk dari SUSI, sudah hopeless, ya sudahlah mungkin memang belum rezekinya. Tapi waktu itu iseng cek email (masi ada harap-harap sebenarnya hehe), dan Yaaa!!! Syukur Alhamdulillah saya lolos ditahap seleksi berkas! Kaget! menangis saya, setengah tidak percaya saya ceritakan kabar bahagia ini ke semua orang yang terlibat walaupun belum tentu juga lolos tahap selanjutnya hehe, oke, baru juga lega sudah kembali senam jantung, mengapa? Karena tahap selanjutnya adalah wawancara yang jadwalnya belum ditentukan, takutnya mendadak dan saya belum cukup persiapan.
Hari-hari menuggu wawancara saya menangis sambil latihan wkwkwk, takut kalau-kalau tidak bisa menjawab, takut kalau gagap, takut lupa bahasa inggrisnya apa, takut kalau jawaban saya tidak sesuai dengan pertanyaanya. Kemudian tibalah jadwal wawancara itu datang, tidur saya tidak nyenyak setelah mendapat jadwal, rentetan pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan saya baca berkali kali, isu-isu seputar religious freedom and pluralism saya baca detail dari A-Z, bahkan teman, kating, orang tua dan dosen tidak lepas dari sambat-sambat saya hehehe.
Hari itu tiba, kami melakukan wawancara via skype, saya berhadapan dengan 3 native speaker, seingat saya 2 dari Meridian, 1 dari Temple University. Dag dig dug ser, tangan dingin, dan keringat sejagung-jagung. Sambil membaca doa dalam hati, alhamdulillah sesi wawancara mengalir lancar begitu saja bahkan ada beberapa pertanyaan yang jawaban saya membuat mereka terkesan, ya walaupun sempat saya lupa bahasa inggrisnya “bule” wkwkwk.
Oke seperti biasa lega itu hanya sesaat, serangan cemas kembali cepat. Selama menunggu pengumuman saya berdoa dengan kuat, sembari berbicara pada diri sendiri bahwa sampai di titik ini kamu sudah hebat.
Drrtt…drrtt ada email masuk, saya intip dari notif, terpampang jelas email tersebut dari SUSI. Oiya SUSI itu kepanjangan dari Study of the U.S Intitute, dengan penuh harap saya buka email daannn…
MasyaAllahhh Alhamdulillah, saya lolos! Saya, Elyta, menjadi bagian dari SUSI for student leaders on Religious Freedom and Pluralism! Huhuhuhu. Saya menangis sejadi-jadinya, saya cium ibu saya berkali-kali karena beliau yang awalnya tidak mengizinkan saya mendaftar program tersebut, mendoakan siang malam agar saya keterima, seketika itu juga saya kabarkan berita bahagia ini kepada Bu Sari, Pak Miftah, Mbak Safina (yang telah membantu saya dari awal sampai akhir), dan seluruh teman dan kating yang terlibat dari awal sampai akhir.
Beberapa hari setelah itu ada email susulan, karena COVID-19 yang semakin meningkat, kegiatan exchange tersebut akan dilaksanakan secara vitual. Agak sedikit kecewa namun karena Meridian team tetap menjanjikan akan membawa kami ke sana (USA), maka tidak ada keraguan bagi saya dalam menjalankan program dengan semangat. Toh ilmu dan pengalamannya tetap bermanfaat dan luar biasa.
Alhamdulillah saya sudah menyelesaikan program tersebut beserta final project yang diberikan Maret 2022 lalu, dan InsyaAllah Summer tahun ini 2022 pihak meridian mengabarkan akan membawa kami berangkat ke Amerika. (mungkin kalau ada kesempatan lain saya akan bercerita bagaimana kegiatan virtual exchange SUSI program dan Projek yang diamanahkan sebagai bentuk output program tersebut)
Akhir cerita, terimakasih telah memberikan saya kesempatan menuliskan cerita, semoga bermanfaat dan memberikan semangat. Untuk para readers terutama untuk diri saya sendiri. Hal yang paling kamu sesali hari ini, mungkin suatu saat akan menjadi hal yang paling kamu syukuri di kemudian hari, jika kamu sekarang belum jadi apa apa yakinlah kita bisa jadi apa saja dengan doa dan usaha. Karena pada kenyataannya yang biasa saja juga bisa!
Elyta Nurul Ihza Fitrianingsih
Program KKI IAIN Salatiga Angkatan 2018
Jurusan Tadris Bahasa Inggris
“Meraih masa depan yang cerah tidak akan didapat dengan mudah, kamu harus mau berkorban untuk mendapatkan hal tersebut” -B.J. Habibie-
- Mahasiswa pertukaran pelajar SUSI for student leaders on Religious Freedom and Pluralism 2021
- Mahasiswa pertukaran pelajar The e-Mobilty Program Universiti Malaysia Sabah (Education with TESL) 2021
- Volunteer We Care Movement Indonesia, Sapa Indonesia Ekspedisi Karimunjawa 2020