Membangun Intuisi Melalui Student Body

Halo, saya Izzah. Sekarang sedang menempuh pendidikan strata satu semester enam. Menjadi bagian Kelas Khusus Internasional merupakan salah satu hal yang memang saya inginkan sejak di bangku MAN. Meskipun memang rata-rata teman mendambakan untuk melanjutkan studi di kampus ternama atau bahkan universitas masyhur luar negeri. Namun saya sudah telanjur terkesima dengan potensi yang dimiliki oleh mahasiswa Program KKI IAIN Salatiga yang pada waktu itu sedang menempuh PPL di sekolah tempat saya mengenyam pendidikan menengah atas, di MAN 2 Kudus. Setiap orang membawa kesan yang sungguh melekat dalam ingatan: santun, bisa berbahasa Inggris dan Arab, serta menjadi orang-orang yang memuliakan kitab suci Alquran dan menghafalkannya. MaasyaAllah. Walaupun mereka masih terbilang muda namun memiliki semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu dan tetap menjaga keseimbangan akan khazanah keilmuan serta keagamaannya. Saat itulah saya terbersit niat untuk melakukan hal yang sama.

Akhirnya dari bekal inspirasi yang hidup dalam hati, saya mengikuti seluruh rangkaian tes untuk masuk di KKI. Dan siapa sangka bisa lolos diantara ratusan pendaftar bersama 19 mahasiswa yang lain. Hari demi hari menjadi bagian dari Kelas Khusus Internasional, tentu begitu banyak beban yang dipikulkan pada pundak kami. Mahasiswa yang mendapat cap hebat, berbeda dari yang lain, pasti bisa ini dan itu. Kenyataannya semuanya itu membuat kami sedikit tertekan pada awalnya namun berusaha semaksimal yang kami mampu berikan dan berharap dosen-dosen menerima kami seapaadanya. Beranjak dari bayang-bayang ‘tertekan’, dalam sanubari KKI tetap spesial. Pada suatu waktu melihat sebuah unggahan berisi beberapa anggota Student Body yang memukau. Lagi-lagi saya bergumam, “Kelak saya bisa menjadi salah satunya”. Mungkin pada saat itu saya hanya masih memiliki motivasi sebagai mahasiswa baru untuk berkontribusi pada sebuah wadah organisasi atau komunitas. Dengan dalih menambah pengalaman, relasi, maupun memperluas cara pandang terhadap hidup. Dari sanalah, niat itu sempat muncul.

/*! elementor – v3.14.0 – 26-06-2023 */
.elementor-widget-image{text-align:center}.elementor-widget-image a{display:inline-block}.elementor-widget-image a img[src$=”.svg”]{width:48px}.elementor-widget-image img{vertical-align:middle;display:inline-block}

Hingga pada saat reorganisasi tiba, saya malah sempat menjadi mediator untuk dua teman yang berselisih mengenai pengajuan kandidat ketua dari kelas kami. Permasalahan yang terjadi tidak hanya satu atau dua hari tersebut membuat saya tidak bisa jernih berpikir dan maksimal dalam pengisian formulir rekruitmen anggota. Ya sudahlah, saya isi apa adanya saja. Kendati merasa pantas menjadi anggota Student Body, namun mengingat persaingan yang ‘saya rasa’ cukup ketat sedikit mengendorkan keyakinan setinggi langit tersebut haha. Long story short, diumumkan bahwa saya dan dua teman yang terpilih dari hasil voting untuk melakukan tahap wawancara penentuan ketua Student Body yang baru. Baru kali itu saya sama sekali tidak merasa nervous. Saya merasa sangat tenang ketika ditanya-tanya dan menjawab sekenanya saja karena saya pikir tidak akan menjadi ketua SB selanjutnya. Toh, kedudukan sebagai ‘pimpinan’ terlalu tinggi menurut saya yang hanya berniat untuk mencoba bidang pengalaman yang baru dan tentu tidak sampai mengarah kesana.

Saya masih sangat ingat saat mendapatkan pesan pengumuman hasilnya pada saat itu. Kaget tentu saja. Kok bisa saya?. SANGAT TIDAK PERCAYA. Hingga saya bilang pada teman bahwa akan langsung mengundurkan diri, bilang pada ibu saya dan ingin menangis. Haha sangat dramatis mungkin, tapi itulah yang saya rasakan. Mengemban suatu amanah menjadi seorang leader bukan suatu hal yang keren tapi suatu yang harus bisa dipertanggung jawabkan. Namun teman saya tetap mendukung agar saya mengambil amanah tersebut dan melihat potensi yang saya miliki, sedangkan ibu saya bilang (sama seperti keadaan-keadaan saya ingin menyerah sebelumnya): mengapa menyerah sebelum berperang?. Saya merasa sangat lemah dan tidak mampu tapi hasilnya saya yang terpilih. Baiklah, mengapa tidak mencoba?

Disambut dengan sebuah kutipan yang menarik pada awal masa periode saat itu, A leader is one who knows the way, shows the way, and lead the way (John Maxwell). Tentu untuk menjadi seorang yang bisa menunjukkan jalan pada orang lain tentu ia harus sudah menemukan jalan untuk dirinya sendiri bukan?. Berat, sungguh berat saya rasakan. Namun, kontemplasi dan renungan-renungan itu menyadarkan saya akan satu hal, apa salahnya berjalan beriringan dan saling mendukung satu sama lain?. Dan disanalah saya: mencoba terbuka akan semua ide dari seluruh anggota, memberi dukungan, dan memotivasi untuk melakukan eksplorasi akan semua yang muncul dikepala ketika melakukan diskusi atau bahkan perbincangan sederhana. Siapa sangka saya malah banyak belajar pada kalian (huhu miss you), bahkan menemukan diri saya yang lain: I can see into people deeply. Saya justru melihat bakat-bakat yang bahkan terkadang pemiliknya sendiri merasa tidak percaya. Bakat-bakat luar biasa. Karena saya sangat percaya, jika kita dapat memberikan rasa aman pada seseorang untuk menjadi diri mereka yang seutuhnya mereka dapat melakukan sesuatu dengan luar biasa dan diluar yang dapat kita duga.

Tentu apa yang saya tuliskan disini tidak bisa menggambarkan seluruh pembelajaran yang saya dapatkan. Bagaimana mengadakan acara-acara yang berbobot dan berbasis internasional, mengembangkan program kebahasaan yang lebih efektif, selalu bersinggungan dengan tokoh-tokoh PPI. Semua tentu tidak mudah, bagaimana manajemen diri, waktu, maupun pikiran. Apalagi disaat yang bersamaan harus mempersiapkan diri juga secara maksimal untuk pagelaran Art and Language Exhibition 2021. Tapi inilah keajaiban yang didapatkan dari KKI, yakni menjadi bisa beradaptasi dan menyesuaikan dengan padatnya jadwal kuliah, organisasi, dan tetap berkarya. Hamdalah. Dengan niat untuk selalu belajar dan memperbaiki diri membantu saya untuk terus bertumbuh dan mengambil nilai-nilai yang berharga dari setiap pengalaman. Thank you teman-teman yang senantiasa membantu dalam menjalankan roda Student Body periode 2021. Mungkin apa yang saya bagikan bukanlah sesuatu yang sangat luar biasa, tapi mungkin bisa menjadi sebuah pengingat saja. Dimana ketika kita merasa lelah untuk berjuang namun ingatlah bahwa proses pembelajaran itu tidak pernah usai. Menghargai setiap proses yang kita jalani. Every single day, kita membuat keputusan-keputusan penting. Dari kebiasaan-kebiasaan kita, bagaimana kita bertindak, dan bagaimana kita berpikir. Menentukan orang seperti apakah kita yang tidak lain dari perjuangan-perjuangan yang kita lakukan setiap hari dan setiap step yang kita ambil mengantarkan menjadi diri kita yang luar biasa pada saat ini. If no one tell you today, “I believe you can do that!”. Kata-kata yang menguatkan saya pada saat itu semoga dapat menguatkan kalian juga.

Nurul Izzah
Program KKI IAIN Salatiga Angkatan 2019
Jurusan Tadris Bahasa Inggris
“Tidak ada salah dan benar dalam proses belajar. Be your best self, jangan ikut-ikut, but always living your own precious God design ”

  • Ketua Student Body Tahun 2021
  • Bidang Pengembangan Wacana Bahasa Komisariat Ganesha HMI Cabang Salatiga 
  • Bidang Pengembangan Anggota Laskar Peduli Anak Negeri