Hidup adalah selembar kertas putih yang harus terisi. Itu seakan-akan mewajibkan manusia untuk mencari warna tinta jalannya. Apakah cukup tinta hitam, pelangi atau emas. Banyak orang hebat didunia ini. Beberapa sudah saya jumpai, dan selebihnya hanya saya ketahui namanya. Mereka hebat dengan atau tanpa alasan. Yang jelas, manusia diciptakan paling sempurna, dan Tuhan ingin mereka kembali dengan keadaan sebaik-baiknya.
Awal kisah saya, agak berbeda dengan teman-teman yang lain. Mulanya saya lahir dari keluarga kaya raya. Itu membentuk sifat dan pribadi saya yang cenderung mengacuhkan masa depan dan membutakan mimpi dengan segala keindahannya. Sampai orang tua saya bangkrut dan semua dimulai dari nol.
Saya hanya orang desa yang mulai semangat menata ulang puing-puing kertas putih saya dan mencari tinta yang sesuai untuk bisa saya goreskan. Tentunya semua tidak berjalan tanpa rintangan. Bermula saat mimpi mulai saya bangun, dan bapak masuk rumah sakit. Sedangkan Ijazah SMA sudah saya dapatkan.
Tanpa pikir panjang, tanpa penghasilan dan tanpa ketakutan, saya datang ke Salatiga berbekal restu orang tua. Saya diterima di IAIN Salatiga yang waktu itu masih STAIN Salatiga sebagai mahasiswa penerima Bidikmisi (BeasIswa PendiDIKan MIskin berprestaSI).
Setelah itu, ada info dibukanya Program Khusus Kelas International (PKKI). Saya ikuti dan akhirnya masuk menjadi 1 dari 19 mahasiswa yang diterima setelah melewati beberapa seleksi. Daaan, menjalani rutinitas baru bersama 19 orang hebat, sejujurnya tidak mudah. Sempat saya berpikir akan keluar KKI karna tingginya persaingan yang tidak bisa saya ikuti. Akan tetapi, KKI nyatanya tidak se-angker yang saya bayangkan. Awal semester 2, KKI mulai nyaman di hati saya.
Berada di KKI dengan SKS menjulang tinggi (pernah sampai 36) dan pernah juga kuliah dimulai pagi hari pada jam ke-nol atau tepatnya pukul 06.00 WIB dan selesai di sore hari atau maksimal malam pukul 21.00 WIB, tentunya tidak mudah bagi saya sebagai mahasiswa PAI (Pendidikan Agama Islam) yang mana harus belajar selama itu dengan pengantar bahasa asing. Butuh waktu untuk menyesuaikan diri dan pastinya butuh mental yang tinggi untuk melaluinya.
Kemudian, apakah saya hanya fokus di KKI sebagai mahasiswa rumahan (kuliah-pulang-kuliah-pulang)?. Tentu tidak, karena saya juga aktif di beberapa UKM kampus dan organisasi ikatan alumni. Jika kebanyakan orang beralasan di KKI karna ingin keluar negeri, maka saya sangatlah berbeda. Saya hanya ingin menjadi manusia yang belajar segalanya. Belajar ilmu dan belajar hidup. Maka, KKI bagi saya adalah gudang ilmu yang akan saya gunakan untuk mengisi tinta saya. KKI mengajarkan saya kehidupan yang berbeda dari sebelumnya. Hidup bersama-sama teman-teman seperjuangan KKI 2013 berada di Mahad IAIN Salatiga dengan pencapaian dan kenangan luar biasa.
Sebagai contoh, jika dulunya mungkin hanya bisa menjadi penonton, maka berada di KKI, saya bahagia bisa berproses, berkarya dalam ALE (Art and Language Exhibition). Pertunjukkan drama berbahasa arab dan inggris yang sama sekali tidak menghilangkan kesan budaya Indonesia karna disajikan dalam bentuk ketoprak orang. Ada juga ilmu lain ketika dalam mata kuliah, seringkali dengan senang hati bapak/ibu dosen mengajarkan praktik langsung ilmu yang berguna untuk masa depan kami sebagai guru dan manusia. Seperti halnya praktik mendesain menggunakan corel, 3D, video editor dan aplikasi lain, serta praktik berbudaya jawa, sebagai contoh mempresentasikan tumpeng, mengadakan praktik mitoni, menari, memainkan gamelan dan lain sebagainya.
Jika boleh saya katakan, bekal yang kami dapatkan sangatlah banyak. Dan bonusnya adalah pergi PPL keluar negeri. Selain mengajar, saya yang notabene calon pendidik, kegiatan saya diantaranya adalah mewawancari dan belajar dari para guru senior sewaktu PPL. Yaa, lebih tepatnya berbagi pengalaman, ilmu, serta membangun relasi. Dan pastinya jalan-jalan hehe.
November 2017, saatnya kelulusan, nama saya dipanggil sebagai lulusan terbaik ke-4 PAI dengan IPK 3,84. Antara kecewa akan tetapi bersyukur dan tidak percaya. Kecewa karna hanya predikat ke-4. Bersyukur karena itu saya dapatkan dengan perjuangan memahami ilmu yang disampaikan menggunakan dua bahasa sekaligus. Tidak percaya bahwa saya bisa berada dalam posisi itu.
Tahun 2018, ada lowongan PNS (Pegawai Negeri Sipil). Saya ikuti dan lolos tunggal (P1/L) di OPD yang saya pilih dengan nilai SKD 381. Ketahuilah bahwa beberapa soal kependidikan berbau bahasa Inggris, jadi tidak sia-sia saya belajar bahasa inggris. (No science is useless)
Tahun 2019 menjadi CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil). Tepat satu tahun setelahnya yaitu 2020 di umur 24 tahun, saya resmi dilantik sebagai PNS/ ASN (Aparatur Sipil Negara).
Akhirnya, perlahan pena kosong yang saya miliki mulai terisi dengan tinta pilihan saya. Yaa, tinta emas. Tinggal sekarang apa yang akan saya tulis pada selembar kertas putih yang Tuhan titipkan pada saya.
Kalau boleh saya katakan, “Tuhan tidak pernah salah memilihkan jalan. Tidak ada jalan Tuhan yang buntu. Tuhan ingin kita memilih: ambil tinta/jalan terbaik yang Dia sediakan atau cukup dengan tinta/jalan lain dengan grade di bawahnya.”
Saya dan siapapun yang berada pada tahap ini, bukan karena dia pandai atau dia beruntung. Kami hanya tau bahwa Tuhan tidak pernah tidur. Tetaplah berbuat baik dan teruslah mengusahakan yang terbaik. Terakhir, izinkan Tuhan memberikan jalan terindah-Nya dengan cara termanis-Nya.
Iklima Ninin Naela, S.Pd
Program KKI IAIN Salatiga Angkatan 2013
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Biarkan miskin dirimu, tapi jangan hatimu
- CPNS Guru PAI SMPN 5 Salatiga 2019
- Alumni beasiswa Bidik Misi 2013