Salatiga 27 November 2025 – Program Studi Tadris IPA UIN Salatiga menyelenggarakan Seminar Nasional bertema “Integrasi Interkoneksi Nilai-Nilai Wasathiyah Islam dalam Pembelajaran IPA”. Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Dr. Fitri Yuliawati, M.Pd.Si. dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Arif Billah, S.Si., M.Pd., Dosen Tadris IPA UIN Salatiga. Acara dimoderatori oleh Hadid Ady Nugroho, Guru SMP Tarkhassus Al-Qur’an Al Fathoniyyah sekaligus alumni Tadris IPA UIN Salatiga angkatan 2019.
Acara dibuka oleh Kaprodi Tadris IPA UIN Salatiga, Dr. Peni Susapti, S.Si., M.Si. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa seminar ini diikuti oleh mahasiswa, dosen, serta guru-guru IPA dari berbagai sekolah di Salatiga dan sekitarnya. Dr. Peni menegaskan bahwa integrasi nilai-nilai wasathiyah dalam pembelajaran IPA menjadi langkah strategis untuk membentuk generasi yang unggul dalam ilmu pengetahuan sekaligus berakhlak mulia.
Pada sesi pertama, Dr. Fitri Yuliawati memaparkan bahwa pengembangan nilai Islam wasathiyah dalam pembelajaran IPA perlu dilakukan secara teoritik dan praktik. Menurutnya, nilai-nilai tersebut perlu dikonversi ke dalam nilai pembelajaran agar memudahkan penerapannya di kelas. “Integrasi ini tidak cukup hanya diperkenalkan sebagai gagasan, tetapi harus diwujudkan dalam praktik pembelajaran yang konkret dan kontekstual,” ujarnya.
Sementara itu, pada sesi kedua, Bapak Arif Billah, S.Si., M.Pd. menegaskan bahwa seluruh ilmu yang dipelajari manusia merupakan ilmu Allah SWT dan sains adalah bagian dari ayat-ayat kauniyah. Ia menguraikan bahwa munculnya dikotomi keilmuan dalam dunia pendidikan disebabkan oleh tiga faktor utama:
- Konstruksi manusia untuk melakukan klasifikasi, yang membuat disiplin ilmu seolah berdiri terpisah.
- Pengaruh sekulerisme, yang memisahkan aspek spiritual dari ilmu pengetahuan.
- Kekakuan pemikiran umat, yang menghambat penyatuan kembali antara sains dan nilai-nilai keislaman.
Lebih lanjut, Bapak Arif Billah, 7 Nilai Wasathiyah Islam di UIN Salatiga, yakni Tawassuth, I’tidal, Tasamuh, Syura, Islah, Qudwah, dan Muwathanah sangat relevan dan dapat diimplementasikan dalam pembelajaran IPA. Sebagai contohnya:
- Tawasuth (moderasi atau jalan tengah), yakni mengajarkan sains dengan perspektif yang tidak ekstrem dan terbuka terhadap perbedaan.
- I‘tidal (lurus, tegas, dan adil), yang tercermin dalam sikap jujur, objektif dan kritis dalam menelaah data dan fakta ilmiah. Tegas dalam menegakkan kebenaran ilmiah berdasarkan bukti, tetapi adil dalam mengakui keterbatasan sains, dan mau menerima bukti baru yang lebih kuat.
- Tasamuh (Toleransi), dicerminkan dalam sikap menghargai perbedaan pandangan atau hipotesis awal dalam diskusi ilmiah, sebelum mencapai konsensus berdasarkan bukti, mengakui bahwa ada berbagai cara untuk memahami alam semesta.
- Syura (Musyawarah), yakni memfasilitasi pembelajaran kolaboratif yang mengedepankan diskusi, kerja kelompok, dan pengambilan keputusan bersama dalam memecahkan masalah ilmiah.
- Islah (Perbaikan), menginspirasi peserta didik untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan IPA mereka untuk mengatasi masalah nyata di lingkungan sekitar, berkontribusi pada solusi inovatif, dan meningkatkan kualitas hidup.
- Qudwah (Keteladanan), pebelajar IPA menjadi teladan dalam bersikap ilmiah, beretika, dan berkarakter.
- Muwathanah (Cinta Tanah Air), dicerminkan dalam penggunaan ilmu IPA demi kemajuan bangsa dan kesejahteraan masyarakat, menyadari peran IPA dalam pembangunan nasional dan pelestarian lingkungan.
Seminar ini berlangsung interaktif melalui sesi tanya jawab dan diskusi yang diikuti secara antusias oleh peserta. Kegiatan ini diharapkan mampu memperluas wawasan pendidik dan mahasiswa dalam mengintegrasikan nilai-nilai Islam wasathiyah ke dalam pembelajaran IPA, serta mendorong terwujudnya pendidikan yang moderat, berkarakter, dan berorientasi pada kemajuan ilmu pengetahuan.
