
UIN Salatiga — Prestasi membanggakan datang dari Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Muhammad Wildan, mahasiswa Program Studi Tadris IPA semester 5, resmi dinobatkan sebagai Moderasi Campus Ambassador UIN Salatiga 2025. Sosoknya yang rendah hati, aktif, dan penuh semangat menjadikan Wildan sebagai representasi mahasiswa moderat yang siap berkontribusi positif bagi kampus.
Wildan mengaku bahwa motivasi terbesarnya mengikuti ajang ini adalah keinginan untuk membanggakan orang tua serta mengasah pengalaman diri. “Banyak motivasi yang mendorong saya, salah satunya pastinya ingin membanggakan orang tua. Selain itu saya ingin menambah pengalaman berharga untuk diri saya sendiri,” ungkapnya.
Meski awalnya ragu, dukungan teman-teman dan lingkungan membuatnya yakin untuk mendaftar. “Pada awalnya saya tidak begitu yakin, tetapi banyak yang memotivasi saya. Dengan usaha dan doa orang tua, alhamdulillah saya bisa melaju hingga babak terakhir,” ujarnya. Perjuangan itu membawanya meraih gelar Moderasi Campus Ambassador 2025, momen yang ia sebut sebagai pengalaman paling tak terlupakan.
Tantangan terbesarnya bukan pada proses seleksi, melainkan pada pergulatan batin. “Ketakutan terbesar saya adalah rasa insecure terhadap diri sendiri,” tutur Wildan. Namun rasa takut itu justru menjadi energi untuk terus berkembang.
Bagi Wildan, menjadi Campus Ambassador bukan sekadar gelar, tetapi amanah besar. “Campus Ambassador adalah wajah kampus yang merepresentasikan mahasiswa UIN Salatiga yang moderat dan intelektual. Kami harus bisa menjadi contoh bagi mahasiswa lain,” jelasnya. Meski belum menjalankan program resmi, ia menegaskan bahwa peran seorang ambassador berjalan dalam keseharian—melalui akhlak, adab, dan interaksi baik kepada sesama mahasiswa.
Sebagai bentuk kontribusi nyata, Wildan berkomitmen membawa dua isu penting ke dalam ranah kampus: literasi mahasiswa dan edukasi anti kekerasan seksual. “Saya ingin mahasiswa sadar akan pentingnya literasi dan menjaga martabat diri. Saya juga ingin mengedukasi tentang kekerasan seksual yang marak terjadi dan tidak bisa ditoleransi,” tegasnya.
Program yang ingin ia jalankan mencakup kampanye sadar literasi, penyuluhan terkait kekerasan seksual, serta edukasi pencegahan melalui kegiatan kampus. Ia berharap dapat menciptakan suasana kampus yang aman dan berpendidikan, sejalan dengan nilai moderasi UIN Salatiga.
Dalam menjalankan perannya, Wildan memegang teguh nilai hidup yang ia sebut sebagai jangkar utama: shalat, Al-Qur’an, dan nilai-nilai wasathiyah seperti tawazun dan al-‘adl. Menurutnya, nilai-nilai itu akan membentuk karakter pribadi yang berdampak pada lingkungan sekitar.
Selain aktif sebagai mahasiswa, Wildan memiliki ketertarikan unik dalam dunia fashion. “Saya berminat dalam kegiatan menjahit dan mendesain pakaian,” ujarnya. Untuk menjaga keseimbangan antara kuliah dan perannya sebagai duta, ia selalu memprioritaskan studi serta membuat daftar aktivitas harian sebagai bentuk manajemen waktu.
Wildan juga menyampaikan rasa terima kasih mendalam kepada keluarga, dosen, dan teman-teman yang mendukungnya. “Tanpa mereka, saya tidak akan mendapat pengalaman berharga ini. I love you all,” ucapnya penuh haru.
Sebagai penutup, Wildan menekankan pentingnya peran mahasiswa sebagai agen perubahan. Menurutnya, kontribusi apa pun—meskipun kecil—akan berdampak besar jika dilakukan bersama-sama. Ia berharap dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa lain untuk lebih peka terhadap isu sosial dan berani berkontribusi.
“Lakukan apa pun yang kalian mau, jadilah diri sendiri, jangan takut gagal. Belajar dari kegagalan itu penting untuk menyiapkan mental menghadapi masa depan,” pesannya kepada generasi muda.