Pendidikan mencakup berbagai aspek penting yang harus diperhatikan dan diterapkan. Salah satunya adalah bagaimana pendidikan dapat menghasilkan individu yang cerdas secara kognitif, yakni yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan logis. Selain itu, pendidikan juga harus membentuk kesadaran sosial berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan, agar individu memiliki empati terhadap masyarakat serta mampu menghargai perbedaan.
Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. Rasimin, M.Pd., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN Salatiga, dalam acara studi banding Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) antara FTIK UIN Salatiga dan STAISPA Yogyakarta, yang diselenggarakan di Gedung Ahmad Dahlan UIN Salatiga pada Rabu (23/10/2024).
Menurut Prof. Rasimin, pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang penuh kesadaran, yang mendorong peserta didik untuk memahami bahwa pendidikan adalah perjalanan sepanjang hidup, bukan sekadar pencapaian hasil akhir. Ia menambahkan, pendidikan harus relevan dengan kehidupan sehari-hari, agar ilmu yang diperoleh dapat menjawab tantangan nyata di masyarakat. Selain itu, pendidikan juga harus memberikan keterampilan praktis agar lulusan siap menghadapi dunia kerja.
Lebih lanjut, Prof. Rasimin mengungkapkan pentingnya pertemuan antara PGMI FTIK UIN Salatiga dan PGMI STAISPA Yogyakarta ini. “Melalui diskusi dan studi banding seperti ini, kita dapat memperkaya pemahaman tentang model pendidikan yang holistik, relevan, dan menyenangkan. Semoga pertemuan ini dapat menghasilkan langkah nyata dalam mewujudkan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang berkualitas tinggi,” ujarnya.
Sementara itu, Wulan Izzatul Himmah, M.Pd., Ketua Program Studi PGMI FTIK UIN Salatiga, juga membahas pengembangan Tridharma Perguruan Tinggi yang berbasis sains, teknologi, kewirausahaan, dan seni dalam konteks PGMI. “PGMI tidak hanya berfokus pada pendidikan anak-anak, tetapi mencakup ruang lingkup yang jauh lebih luas,” jelasnya. “PGMI merupakan bangunan ilmu yang berkembang berdasarkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dulu, paradigma PGMI bersifat monodisipliner, namun sekarang telah berkembang menjadi interdisipliner. Oleh karena itu, pengembangan PGMI juga harus berbasis pada paradigma interdisipliner,” tambah Wulan.
Rombongan dari PGMI STAISPA Yogyakarta, yang dipimpin oleh H. Azka Sya’bana, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGMI, turut hadir bersama dosen dan mahasiswa PGMI. “Kami datang untuk mempelajari lebih lanjut tentang pengembangan Program Studi PGMI di FTIK UIN Salatiga dan berharap bisa berkolaborasi dengan FTIK UIN Salatiga dalam bidang Tri Dharma,” ungkapnya.
Acara ini juga diisi dengan seminar kewirausahaan yang membahas konteks PGMI, dengan narasumber Barrirotus Sa’adah, M.Pd. dari STAISPA Yogyakarta dan MS Viktor Purhanudin, M.Pd. dari FTIK UIN Salatiga. Di akhir acara, dilakukan penandatanganan kesepakatan kerja sama dalam bidang Tri Dharma antara kedua institusi.