Salatiga, 12 April 2025 – Program Studi Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Salatiga menyelenggarakan webinar yang membahas inovasi dan etika dalam praktik cybercounseling. Acara yang diadakan secara daring melalui Zoom ini berhasil menarik lebih dari 100 peserta, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Para peserta turut serta dalam diskusi yang mengupas tuntas tentang layanan konseling digital yang kini semakin digemari, terutama di kalangan generasi muda.
Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, layanan konseling kini semakin mudah diakses berkat adanya cybercounseling. Layanan ini menggunakan media digital seperti video call, chat, atau email untuk memberikan konseling secara jarak jauh. Menurut Narasumber Abi Fa’izzarahman Prabawa, seorang dosen di Universitas Islam Negeri Salatiga, cybercounseling bukanlah untuk menggantikan konseling tatap muka, melainkan sebagai alternatif yang memudahkan orang untuk mendapatkan bantuan tanpa batasan jarak.

Cybercounseling sangat mengandalkan teknologi, dan ada dua jenis utama dalam penggunaannya: komunikasi asynchronous (seperti email) dan synchronous (seperti video call atau telepon). Setiap jenis ini memiliki kelebihan masing-masing, tergantung pada situasi dan kebutuhan. Meskipun dilakukan melalui layar, konselor tetap dapat membangun hubungan terapeutik yang kuat dengan konseli, berkat keterampilan komunikasi yang tepat.
Namun, cybercounseling tidak hanya soal teknologi. Para konselor juga harus menguasai keterampilan dalam menggunakan perangkat digital dan aplikasi yang mendukung jalannya sesi konseling. Selain itu, komunikasi yang efektif sangat penting, terutama dalam menciptakan hubungan yang nyaman dan mendukung. Konselor harus bisa menunjukkan empati dan perhatian, meskipun hanya lewat kata-kata.
Selain itu, ada hal penting yang tidak bisa diabaikan dalam cybercounseling, yaitu etika dan privasi. Konselor wajib menjaga kerahasiaan semua informasi yang dibagikan oleh konseli, serta menjelaskan prosedur yang akan diambil melalui formulir persetujuan. Hal ini penting agar semua pihak merasa aman dan nyaman dalam proses konseling.
Sesi tanya jawab dalam webinar ini juga sangat menarik. Salah satu peserta dari Universitas Pendidikan Sultan Idris Malaysia bertanya tentang bagaimana cara memaksimalkan komunikasi dalam konseling di cybercounseling. Abi Fa’izzarahman Prabawa menjawab bahwa untuk memaksimalkan komunikasi, konselor harus menguasai keterampilan verbal dan non-verbal meskipun hanya melalui layar. Penggunaan kata yang empatik, mendengarkan dengan penuh perhatian, serta menjaga kontak mata meskipun melalui video, menjadi hal yang sangat penting. Selain itu, pemilihan media yang tepat sesuai dengan kebutuhan konseli juga dapat mendukung kelancaran komunikasi dalam proses konseling online.

Menariknya, hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa cybercounseling bisa sama efektifnya dengan konseling tatap muka. Metode seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dan berbagai pendekatan lain terbukti dapat membantu mengatasi masalah psikologis, kecemasan, bahkan perencanaan karier, melalui layanan ini.
Ke depan, seiring dengan kemajuan teknologi, cybercounseling akan semakin berkembang dan menjadi pilihan yang lebih fleksibel bagi banyak orang. Jadi, jika kamu butuh konseling namun terbatas oleh jarak atau waktu, cybercounseling bisa jadi solusi yang tepat untukmu!
Saksikan siaran ulang webinar cybercounseling di channel Youtube BKPI
